Dear Pacar,
Pertama-tama mau bersyukur dulu karena sepanjang
tujuh bulan terakhir ini punya pacar yang stok kesabarannya gak habis-habis.
Sometimes I act like a kid, being egoist, nagging, mad at everything and blame
him for everything but he is always calm and said everything is alright. I’m
sorry to complicate you. I love you but I hate you. I hate you but I love you.
Sekarang aku mau nulis list unek-unek sebelku
ke dia.
Yang pertama, I HATE CIGARETTE! I need to capslock
so everyone know I’m not kidding. And congratulation to cigarette, because I
awarded you “The Most I Hate After
Cockroach.” Pokoknya gak suka sama yang namanya asap. Entah itu asap
knalpot, asap kebakaran, asap pabrik, asap kompor apalagi asap ROKOK. And my
boyfriend know I’m an anti but he pretend doesn’t know. Sudah berkali-kali coba
nasehatin dia buat jauh-jauh sama yang namanya nikotin, tapi omongan aku cuma
kayak iklan layanan masyarakat di TV yang lewat gitu aja. Oke, aku toleransi
karena gak akan semudah itu pecandu rokok berhenti ngerokok. Semua butuh
proses. Tapi please, ngerokoknya jangan pas lagi sama aku *emot sedih* Rasanya
kayak gak dihargain. Bahkan temen-temen deket aku yang rata-rata perokok gak
pernah namanya ngerokok depan aku. Mereka sangat menghargai aku yang bukan
perokok. Tapi kenapa pacar sendiri… ah sudahlah!
Yang kedua, aku bukan tipe pacar yang mau
cowoknya siaga 24 jam. Siap antar jemput kemana pun, kapan pun dimana pun. Buat
cewek-cewek yang memperlakukan pacarnya kayak gini, please itu pacar kamu bukan
tukang ojek *emot senyum* Oke next! Aku emang gak pernah minta diantar jemput
ke kampus, diantar jemput kerja, atau diantar jemput beli baju. Tapi sekali-kali
kalau keluar sama pacar enak kali ya dijemput ke rumah, terus si pacar ijin sama
orangtua kita. Masalahnya pacar aku males jemput aku ke rumah, padahal rumah
kita deket banget. Miris. Untungnya orangtua aku bukan tipe overprotective yang
kalau anaknya keluar sama pacar harus si cowok yang kerumah buat minta ijin. Sekali
dua kali gak apa-apa lah aku jemput, aku ngerti. Tapi makin kesini kok lebih sering
aku yang jemput dia? Bukan masalah hitung-hitungan bensin. Ya ampun gak! Aku
ikhlas! Sedot aja tangki bensin aku semuanya!
Masalahnya adalah pendapat orangtua yang
akhirnya mulai minus soal dia. Orangtua pasti bakalan nanya. Kok kamu terus yang
jemput? Kok ‘dia’ gak pernah kerumah? Jangan-jangan pacaran sama kamu sayangnya
sama kamu aja, sama mama papa gak. Kalau nanti nikah gimana? Jangan-jangan
suami kamu bilang “Never see your family more than mine!” Nah kalau orangtua
udah ngomong kayak gini, hayati bisa apa? Mau ngasih tau ‘dia’ juga gak enak.
Serba salah.
Yang ketiga, masih seputar orangtua. Jadi ‘dia’
lebih suka aku yang ngapel kerumahnya. Alasannya? Mungkin panas, jadi dia males
keluar, hmm. Aku fine-fine aja sering main kesana, orangtua dia juga very
welcome. Masalahnya adalah my parents. Lagi-lagi muncul pertanyaan “Kok pacar
kamu gak pernah kerumah?”,“Kamu anak perempuan gak enak diliat tetangganya
kalau sering kesana”, “Sekali-sekali suruh dia main kerumah ngobrol sama mama”
dan pernah suatu hari papa yang biasanya diem tiba-tiba ngomong “Gak usah kesana
lagi, dia aja gak pernah kesini!” dan sejak hari itu aku berusaha cari alasan
buat absen ngapel kerumah dia. Jadi setiap dia chat minta aku ke rumah dia aku
mulai badmood dan sebel sendiri.
Yang keempat, aku tipe orang yang paling
males disuruh. Aku lebih suka ngelakuin sesuatu dengan inisiatif sendiri. Nah, ‘dia’
ini (beberapa kali sih gak sering) minta aku ke rumahnya, bawa mie pedes kesukaan
dia atau anything. Dan disitu aku sebel. Lah kenapa harus marah? Oke,
masalahnya ‘dia’ minta tolongnya siang bolong pas matahari lagi panes-panesnya.
Aku ngebayangin harus pergi beli mie sedangkan dia santai dirumah, ngadem,
nonton tv, nunggu mie datang dan makan. Nyebelin gak sih? Aku punya temen cewek
yang aku perhatiin pacarnya perhatian banget, cowoknya yang beliin makanan atau
mereka pergi makan sama-sama. Secara gak langsung aku jadi suka
banding-bandingin pacar orang sama pacar sendiri yang beda banget. Oke, aku
salah. Gak baik buat banding-bandingin orang lain karena karakter orang
beda-beda. Tapi coba aja ‘dia’ bisa bersikap gitu sedikit aja. Seenggaknya
inisiatif. “Yuk beli mie sama-sama” kan enak dengernya. Daripada cuma aku yang
jalan. Kesannya kayak ‘dia’ mau enaknya aja, tapi gak mau susah. Dan aku
bukannya gak mau beliin. Kalau aku emang inisiatif, aku bisa bawain makanan
kerumah dia tanpa diminta kok. Entah itu buat orangtuanya atau buat dia sendiri.
Jadi tolonglah jangan suruh pacarmu ini pergi sendiri. Aku bukan GOJEK!
Yang kelima, aku suka jalan-jalan atau pergi
ke tempat baru tapi kayaknya dia lebih suka stay dirumah. Hmm, mencoba mengerti
aja lah karena dia kerja & kuliah jadi waktu libur itu sayang banget
dihabisin buat jalan-jalan gak jelas, lebih baik istirahat. I REALLY
UNDERSTAND! Tapi kadang-kadang suka kesel juga. Entahlah.
Yang keenam, sometimes he doesn't treat me like I'm his girlfriend.
Sering lah dia keceplosan ngomong kasar, entah BEGO, GOBLOK, atau apalah. Aku
tahu maksudnya bercanda kali ya, tapi gak tau kenapa sedih aja gitu dikatain
pacar sendiri. Hmm…
Masih ada beberapa hal lain lagi tapi gak mau
ditulis semuanya. Tapi… balik lagi… My Boyfriend Is Only Human. Disini aku
bukan mau ngejudge dia. Tapi berharap dia bisa introspeksi diri lagi. Walaupun mungkin
dia gak akan pernah baca blog ini. HAHAHA *ketawa sambil nangis*
Aku juga punya kekurangan kok, gak cuma dia
aja. Aku cuek, aku badmood-an, kalau lagi bete aku suka keselnya ke dia,
marahin dia, diemin dia berhari-hari, reject teleponnya padahal dia gak salah.
Sabar ya sayang. Aku egois, kayak anak kecil, suka ngambek, malu-maluin. Aku
juga banyak kurangnya buat dia.
Dalam sebuah hubungan itu kan menyatukan dua
orang dengan sifat yang berbeda. Jadi wajarlah ada konflik, ada hal yang gak
kita suka dari pasangan. Tapi kalau bisa hal itu gak dijadikan alasan buat
putus, melainkan membangun pribadi menjadi lebih baik lagi buat masing-masing
pasangan. Intinya positive thinking dan bersyukurlah
diberi pasangan yang baik :)
Totally Yours,